PRODUKSI DAN PERMINTAAN BENIH IKAN GURAMI
Ikan gurami merupakan produk yang berbasis pada
permintaan pasar domestik, dan belum merupakan produk ekspor. Namun
demikian berdasarkan pengalaman petani ikan gurami, permintaan domestik
terhadap ikan gurami cukup tinggi.
a. Produksi Benih
Benih ikan gurami diproduksi oleh Balai Benih atau
petani pembenih. Berdasarkan data Statistik Perikanan Budidaya Indonesia
tahun 2000, jumlah produksi benih ikan gurami tercatat sebesar
280.079.000 ekor. Adapun wilayah yang paling banyak menghasilkan benih
ikan gurami adalah di Pulau Jawa dengan proporsi produksi mencapai 72%
dari produksi nasional. Adapun provinsi yang menghasilkan benih yang
terbesar berdasarkan data tersebut adalah Provinsi Jawa Tengah sebanyak
104.904.000 ekor.
Tabel 3.1.
Produksi Benih Ikan Gurami per Pulau (dalam ribuan ekor)
Produksi Benih Ikan Gurami per Pulau (dalam ribuan ekor)
Provinsi
|
Tahun 2000
|
Sumatera
|
62.406
|
Jawa
|
200.625
|
- DKI Jakarta
|
117
|
- Jawa Barat
|
-
|
- Jawa Tengah
|
104.904
|
- D.I Yogyakarta
|
35.006
|
- Jawa Timur
|
60.598
|
Bali dan Nusa Tenggara
|
2.048
|
Kalimantan
|
-
|
Sulawesi
|
-
|
Maluku dan Irian Jaya
|
15.000
|
Total
|
280.079
|
Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun 2000
Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan
Ket : – = tidak ada data
Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan
Ket : – = tidak ada data
b. Permintaan
Tidak diperoleh data mengenai jumlah permintaan benih
ikan gurami. Namun berdasarkan data yang ada diketahui jumlah benih
ikan gurami yang ditebar pada tahun 2000 sebesar 749,9 juta.
Tabel 3.2.
Jumlah Benih Ikan Gurami yang Ditebar di Kolam per Pulau (dalam ribuan ekor)
Jumlah Benih Ikan Gurami yang Ditebar di Kolam per Pulau (dalam ribuan ekor)
Provinsi
|
Tahun 2000
|
|
1999
|
2000
|
|
Sumatera
|
44.003
|
45.495
|
Jawa
|
843.412
|
747.604
|
- DKI Jakarta
|
-
|
147
|
- Jawa Barat
|
301.783
|
122.235
|
- Jawa Tengah
|
523.264
|
67.667
|
- D.I Yogyakarta
|
1.524
|
1.645
|
- Jawa Timur
|
16.841
|
554.912
|
Bali dan Nusa Tenggara
|
6.270
|
1.801
|
Kalimantan
|
114
|
-
|
Sulawesi
|
-
|
-
|
Maluku dan Irian Jaya
|
-
|
-
|
Total
|
893.799
|
794.900
|
Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun 2000
Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan
Ket : – = tidak ada data
Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan
Ket : – = tidak ada data
Sebagai gambaran terhadap permintaan benih, menurut
BBI dan Disnakan Kabupaten Banyumas, permintaan telur di Kabupaten
Banyumas untuk daerah Jawa Timur dan Yogyakarta saja mencapai 1 juta
butir per minggu.
Produksi ikan gurami di Indonesia dalam tiga tahun
terakhir mengalami kenaikan berturut-turut dari 9.004 ton, 9.327 ton dan
13.339 ton masing-masing untuk tahun 1998,1999 dan 2000. Produksi ikan
gurami terbesar ada di Pulau Jawa, dengan proporsi produksi lebih dari
70% dari produksi nasional. Adapun provinsi yang menghasilkan ikan
gurami terbesar adalah provinsi Jawa Tengah dengan jumlah produksi
sebesar 4.594 ton pada tahun 2000. Sedangkan provinsi Jawa Timur dan
Jawa Barat berturut-turut menghasilkan ikan gurami sebanyak 2.616 ton
dan 2.317 ton. Tabel 3.3 menunjukkan produksi ikan gurami di
masing-masing provinsi di Indonesia.
Tabel.3.3.
Produksi Ikan Gurami dari Kolam di Indonesia per Provinsi (dalam ton)
Produksi Ikan Gurami dari Kolam di Indonesia per Provinsi (dalam ton)
No
|
Provinsi
|
Tahun
|
||
1998
|
1999
|
2000
|
||
1
|
NAD
|
24
|
10
|
19
|
2
|
Sumatera Utara
|
96
|
288
|
282
|
3
|
Sumatera Barat
|
1.164
|
864
|
1.067
|
4
|
Riau
|
117
|
773
|
1.122
|
5
|
Jambi
|
60
|
80
|
77
|
6
|
Sumatera Selatan
|
7
|
16
|
24
|
7
|
Bengkulu
|
11
|
40
|
46
|
8
|
Lampung
|
38
|
199
|
132
|
9
|
D.K.I Jakarta
|
223
|
214
|
252
|
10
|
Jawa Barat
|
2.019
|
1.979
|
2.317
|
11
|
Jawa Tengah
|
2.962
|
2.588
|
4.594
|
12
|
D. I Yogyakarta
|
110
|
163
|
476
|
13
|
Jawa Timur
|
1.888
|
1.822
|
2.616
|
14
|
Bali
|
84
|
80
|
100
|
15
|
Nusa Tenggara Barat
|
183
|
197
|
209
|
16
|
Nusa Tenggara Timur
|
-
|
-
|
-
|
17
|
Kalimantan Barat
|
16
|
11
|
5
|
18
|
Kalimantan Tengah
|
-
|
-
|
-
|
19
|
Kalimantan Selatan
|
-
|
-
|
-
|
20
|
Kalimantan Timur
|
-
|
-
|
1
|
21
|
Sulawesi Utara
|
-
|
-
|
-
|
22
|
Sulawesi Tengah
|
-
|
-
|
-
|
23
|
Sulawesi Selatan
|
-
|
3
|
-
|
24
|
Sulawesi Tenggara
|
2
|
-
|
-
|
25
|
Maluku
|
-
|
-
|
-
|
26
|
Irian Jaya
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
9.004
|
9.327
|
13.339
|
Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun 2000
Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan
Ket : – = tidak ada data
Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan
Ket : – = tidak ada data
Nilai produksi ikan gurami pada tahun 2000 secara
nasional juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari Rp
96,77 milyar menjadi Rp 175,1 milyar. Nilai produksi ikan gurami untuk
masing-masing provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Nilai Produksi Ikan Gurami dalam Kolam di Indonesia Selama 2 tahun (dalam ribuan rupiah)
Nilai Produksi Ikan Gurami dalam Kolam di Indonesia Selama 2 tahun (dalam ribuan rupiah)
No
|
Provinsi
|
Tahun
|
|
1999
|
2000
|
||
1
|
NAD
|
38.100
|
22.220
|
2
|
Sumatera Utara
|
3.004.875
|
2.440.750
|
3
|
Sumatera Barat
|
8.549.222
|
10.129.533
|
4
|
Riau
|
3.019.800
|
5.648.100
|
5
|
Jambi
|
1.163.400
|
1.002.400
|
6
|
Sumatera Selatan
|
76.781
|
211.600
|
7
|
Bengkulu
|
260.717
|
312.860
|
8
|
Lampung
|
1.392.300
|
986.250
|
9
|
D.K.I Jakarta
|
2.537.355
|
3.022.847
|
10
|
Jawa Barat
|
23.156.500
|
41.149.155
|
11
|
Jawa Tengah
|
5.805.251
|
64.216.169
|
12
|
D. I Yogyakarta
|
1.762.650
|
6.499.560
|
13
|
Jawa Timur
|
39.160.578
|
33.762.143
|
14
|
Bali
|
826.037
|
1.251.485
|
15
|
Nusa Tenggara Barat
|
5.788.000
|
4.364.000
|
16
|
Nusa Tenggara Timur
|
-
|
-
|
17
|
Kalimantan Barat
|
223.100
|
73.200
|
18
|
Kalimantan Tengah
|
-
|
-
|
19
|
Kalimantan Selatan
|
-
|
-
|
20
|
Kalimantan Timur
|
-
|
2.720
|
21
|
Sulawesi Utara
|
-
|
-
|
22
|
Sulawesi Tengah
|
-
|
-
|
23
|
Sulawesi Selatan
|
8.700
|
-
|
24
|
Sulawesi Tenggara
|
-
|
-
|
25
|
Maluku
|
-
|
-
|
26
|
Irian Jaya
|
-
|
-
|
Total
|
96.773.366
|
175.094.992
|
Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun 2000
Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan
Ket : – = tidak ada data
Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan
Ket : – = tidak ada data
b. Permintaan ikan gurami
Sama halnya dengan benih ikan gurami, tidak ditemukan
data mengenai jumlah permintaan terhadap ikan gurami konsumsi. Namun
bagi pembudidaya ikan di Banyumas, permintaan ikan gurami konsumsi
dikatakan cukup tinggi. Beberapa sumber mengatakan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan ikan gurami di Jakarta dan Jawa Barat di perlukan sekitar 12
ton/minggu dan belum dapat dipenuhi seluruhnya.
PERSAINGAN DAN PELUANG PASAR
Dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, ikan
gurami dapat dianggap memiliki keunggulan baik dari segi harga maupun
permintaan konsumen sehingga dari segi persaingan dirasakan tidak ada
masalah. Sementara itu permintaan yang cukup besar belum dapat dipenuhi
dari produksi ikan gurami yang ada. Hal ini disebabkan oleh belum
intensifnya teknologi budidaya ikan gurami. Dengan demikian, walaupun
hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, peluang pasar masih
terbuka.
JALUR PEMASARAN
Terdapat berbagai pihak yang terlibat dalam pemasaran
ikan gurami mulai dari pembudidaya gurami (baik pembenih maupun
pembesar), pengepul, banda, pedagang besar, pengecer dan konsumen.
Pengepul adalah pedagang yang mengumpulkan atau membeli ikan gurami dari
petani sedang bandar adalah pedagang pengumpul dengan modal dan skala
usaha lebih besar dari pada pengepul. Selain dapat membeli gurami
langsung dari petani, bandar juga dapat mengumpulkan gurami dari
pengepul. Pedagang besar juga merupakan pedagang pengumpul, namun
bergerak di sektor bisnis yang lebih luas, berbadan hukum dan telah
terorganisir seperti pasar swalayan, supermarket dan supermarket grosir.
Pengecer adalah pedagang lapak, pemilik kios, tukang sayur, hotel,
restoran, katering, supermarket dan supermarket grosir. Konsumen adalah
konsumen akhir yang membeli gurami untuk dikonsumsi dan tidak dijual
lagi (Tim Lentera, Cermat dan Tepat Memasarkan Gurami, 2003).
Pemasaran benih ikan dan ikan gurami konsumsi dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada jalur pemasaran
benih, pemasaran secara langsung dilakukan oleh petani pembenih kepada
petani pembesar ikan, sedangkan pada jalur pemasaran ikan gurami
konsumsi dilakukan oleh petani pembesar kepada konsumen akhir (misalnya
konsumen rumah tangga di pasar). Pemasaran tidak langsung dilakukan
melalui lembaga perantara (pengepul, bandar, pedagang besar dan
pengecer). Pola distribusi secara tidak langsung bervariasi dapat
menggunakan satu sampai empat lembaga perantara. Sehingga, karena pada
setiap cabang pemasaran pelaku mengambil keuntungan, maka dengan semakin
panjangnya jalur distribusi pemasaran mengakibatkan harga ikan gurami
yang diterima konsumen akhir menjadi semakin tinggi.
a. Pemasaran benih
Benih yang dihasilkan oleh pendeder dapat langsung di
jual kepada pembesar ikan yang menjadi langganannya secara langsung
atau melalui pedagang parantara. Penjualan benih biasanya disertai
jaminan terhadap resiko kematian selama beberapa waktu tertentu
(biasanya 1 sampai dengan 2 minggu), tergantung kesepakatan antara
pembeli dengan penjual. Transaksi penjualan benih dapat dilakukan di
pasar ikan atau di kolam ikan. Biasanya permintaan benih meningkat
setelah hari raya yaitu untuk memenuhi kebutuhan benih yang akan
dibesarkan setelah ikan gurami ukuran konsumsi habis di panen untuk hari
raya.
Adapun jalur pemasaran benih ikan gurami oleh
pembudidaya di Banyumas Utara adalah sebagai berikut : pendeder menjual
berupa telur kepada pembudidaya di Jawa Timur sedangkan benih ikan di
jual kepada produsen ikan gurami konsumsi di Banyumas Selatan yang
merupakan wilayah usaha pembesaran. Disana ikan gurami mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan di Banyumas Utara yang
merupakan wilayah usaha pendederan (lihat pembagian wilayah pada Box 1).
Setelah mencapai ukuran konsumsi, ikan gurami konsumsi (GK) dijual
kembali kepada pendeder yang sekaligus berusaha sebagai penjual ikan.
Biasanya ikan gurami konsumsi akan dikarantina dan diberokan dulu di
kolam pemberokan sebelum di jual kepada pengecer di Jawa Barat. Pola
jual beli ikan seperti ini tidak berdasarkan pada suatu perjanjian
tertulis, namun dapat menjamin pasokan pedagang karena pedagang ikan
biasanya telah mempunyai pelanggap tetap. Jalur pemasaran tersebut
diilustrasikan pada Skema 3.1.
Skema 3.1. Jalur pemasaran benih ikan gurami
b. Pemasaran gurami konsumsi
Ikan gurami konsumsi di jual dari pembudidaya kepada
pedagang pengumpul untuk selanjutnya di jual kepada pengecer yang
diteruskan kepada konsumen akhir. Namun demikian ada kalanya pembudidaya
ikan langsung menjual kepada konsumen akhir. Biasanya penjualan ikan
gurami konsumsi meningkat pada saat perayaan hari-hari besar. Jalur
pemasaran tersebut diilustrasikan pada skema 3.2.
Skema 3.2. Jalur pemasaran ikan gurami konsumsi
Waktu penjualan ikan gurami ditentukan oleh kebutuhan
pembudidaya terhadap uang dan atau permintaan pasar. Apabila petani
membutuhkan uang maka dia akan menjual ikannya walaupun belum mencapai
ukuran konsumsi. Demikian juga halnya apabila ada permintaan pasar untuk
ikan ukuran tertentu akan dijual sepanjang tercapai kesepakatan harga.
Hal ini sangat dimungkinkan terutama pada usaha pendederan karena ikan
gurami dapat dijual pada berbagai ukuran. Sehingga pembudidaya tidak
selalu memelihara benih ikan dengan ukuran yang sama setiap periode
pemeliharaan tergantung pada kebutuhan keuangannya dan permintaan pasar.
HARGAHarga ikan gurami ditentukan oleh kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Harga ikan gurami di suatu daerah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh produksi di daerah lain karena sistem transportasi memungkinkan terjadinya perpindahan produk dari satu daerah ke daerah lainnya. Berdasarkan hal ini, produksi ikan yang melimpah pada suatu daerah dapat mengakibatkan pasar ikan gurami di daerah konsumsi ikan mengalami kelebihan penawaran sehingga terjadi penurunan harga. Harga per kilogram ikan gurami konsumsi di tingkat pembudidaya adalah Rp 15.000 sedangkan di tingkat konsumen dapat mencapai Rp 20.000. Pada saat terjadi penurunan harga ikan, harga di tingkat pembudidayaan turun menjadi Rp 12.000 per kg sedangkan di tingkat konsumen turun menjadi Rp 18.500 per kg.
KENDALA PEMASARAN
Penetapan waktu menjual yang ditentukan oleh kebutuhan keuangan petani dapat mengakibatkan kondisi yang kurang menguntungkan bagi pembudidaya karena kebutuhan yang mendesak akan memperlemah posisi tawar mereka sehingga dapat mengakibatkan penjualan ikan dengan tingkat harga yang lebih rendah. Apalagi apabila pemasaran ikan dilakukan secara sendiri-sendiri. Sebagai alternatif untuk meningkatkan posisi tawar pembudidaya, pembudidaya hendaknya bergabung pada satu wadah kelompok tani atau koperasi yang berfungsi sebagai lembaga pemasaran sehingga penetapan harga akan lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak. Wadah tersebut nantinya dapat bermitra dengan perantara pemasaran. Walaupun di beberapa tempat ditemukan adanya wadah tersebut, namun belum berfungsi sebagai lembaga pemasaran produk secara kolektif.